Salahsatunya adalah banjir. Kak bunga akan mengajak kalian mengenali banjir. Banjir itu biasanya terjadi karena ulah kita sebagai manusia. Adik-adikku, banjir biasanya disebabkan karena air sungai yang penuh kemudian tumpah ke daratan seperti jalanan dan rumah kita. Selain itu airnya tumpah karena banyak orang yg membuang sampah ke sungai.
Cerpen Karangan FitriKategori Cerpen Anak, Cerpen Fantasi Fiksi, Cerpen Lingkungan Lolos moderasi pada 21 July 2020 “Hei jangan buang sampah sembarangan!” kata seorang anak laki-laki yang bernama doni kepada temannya yang sedang membuang plastik bungkus snack ke sungai namanya rino. “memangnya kenapa?, suka-suka aku mau buang sampah di mana itu bukan urusanmu.” anak laki-laki yang diperingatkan itu tak mau kalah dan tetap membuang sampah di sungai. “perbuatanmu itu bisa merusak lingkungan, bukankah lebih baik membuang sampah pada tempatnya?” doni tetap menasehati rino agar membuang sampah pada tempatnya. “ah sudahlah, toh tidak akan terjadi apa-apakan. Itu hanya satu bungkus snack bukan satu truk. Tidak masalah kan?” roni tetap tidak mau disalahkan karena membuang sampah sembarangan. “terserah kamu lah ron. Aku sudah memperingatkanmu.” doni pun menyerah untuk menasehati roni, ia lalu berjalan pulang meninggalkan roni sendiri di pinggir sungai. Malam harinya hujan turun sangat lebat disertai angin kencang. Saat itu roni sedang sendirian di rumah karena orangtuanya sedang pergi ke rumah sakit menjenguk neneknya. Roni ketakutan di rumah tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Roni pun memutuskan untuk tidur. “aaaaaaaa toloooong.. Jangan kejar aku…” roni berteriak sambil berlari kencang. Ia ketakutan. “Heii roni, jangan lari” suara berat itu terus mengikuti roni, membuat roni tak bisa berhenti berlari. “ss siapa kamu?” tanya roni terbata-bata karena ketakutan. “aku adalah sampah yang kau buang tempo hari. Aku harus bersamamu karena aku adalah milikmu.” ternyata yang mengejar roni adalah sampah yang berubah menjadi monster. Ia meminta pertanggung jawaban kepada roni karena tidak membuangnya di tempat sampah. “pergi kau pergi monster sampah jelek pergiii…!!!” roni berteriak sambil menutup matanya karena takut melihar monster sampah itu. Saat ia membuka matanya monster sampah itu hilang. Roni berjalan tak tentu arah ia ingin pulang tapi ia bahkan tidak tahu dimana dia sekarang. Roni melihat sekeliling. Ada banyak sampah berserakan di mana-mana. Di jalan, di selokan, di atas pohon bahkan di atap rumah penuh dengan sampah. “aku di mana? Mengapa banyak sampah di mana-mana?” roni bertanya pada diriny sendiri. Roni terus menyusuri jalan kemudian ia melihat sungai yang penuh dengan sampah bahkan air sungainya tidak terlihat karena tertutup sampah. “ini buruk sekali, mengapa begitu banyak orang yang membuang sampah di sungai.” lagi-lagi roni berbicara pada dirinya sendiri. “Heii nak apa yang kamu lakukan disini?” seorang berbaju hitam bertanya kepada roni. “pak, mengapa banyak sampah di sini. Apa tidak ada tempat sampah sehingga orang membuang sampah sembarangan?. roni bertanya kepada orang itu. “orang-orang lebih suka membuang sampah di sembarang tempat dari pada di tempat sampah, jadi beginilah keadaannya sekarang. Nenek moyang kita suka membuang sampah sembarangan karena itulah kami juga senang membuang sampah sembarangan.” orang itu menjelaskan. “oohhhh” roni menganggukkan kepalanya tanda mengerti “memangnya ini di mana pak?” roni bertanya kepada orang itu. “kamu tidak tau ini dimana?” orang itu kembali bertanya kepada roni. Roni menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “kamu sedang berada di desa jambu nak.” orang itu berkata sambil menatap sungai di depannya. “desa jambu pak, kenapa namanya sama dengan desa saya ya?” roni kebinggungan. “ini memang desa jambu, setahu saya yang bernama “jambu” hanya desa ini.” “nama desa saya juga desa jambu pak, tapi keadaannya tidak seperti di sini. Desa ini benar-benar asing bahkan saya merasa ini bukan di bumi. Disini tidak ada tanah lapang, pohon-pohonan pun jarang, sangat berbeda dengan bumi.” roni berfikir keras sedang berada dimana dirinya sekarang. “ini memang bumi. Seperti inilah bumi. Saya sudah 57 tahun dan seperti inilah bumi yang saya lihat.” orang itu tetap memandang sungai di depannya. “Pak, kalau boleh saya tahu tahun berapa bapak lahir?” roni bertanya penuh selidik. “saya lahir tahun 2067” orang itu kini menatap roni. “Haaa” roni terkejut mendengar jawaban orang itu. “Lalu sekarang tahun berapa ya pak? Roni kembali bertanya. Pertanyaan itu membuat orang yang ditanyainya mengerutkan kening. “sekarang tahun 2124 nak. Bagaimana bisa kamu tidak tahu?”. Mendengar jawaban itu roni benar-benar kaget. Bagaimana bisa dalam semalam tahun berubah begitu cepat. “hehe, saya lupa pak” jawab roni pura-pura. “kalau begitu saya pulang dulu ya pak” kata roni sambil melambaikan tangannya kepada orang itu. Di sepanjang perjalanan roni berfikir apa dia mimpi, ini benar-benar mustahil. Tapi bumi yang ia lihat sekarang benar-benar berbeda. Sangat hancur dengan banyak sampah dimana-mana. Kemudian ia teringat dengan perkataan doni tempo hari yang melarangnya membuang sampah sembarangan. Ada penyesalan dalam hati roni. Ia tidak pernah berfikir kalau bumi akan sehancur ini karena sampah. “Roni..” suara itu, suara berat yang pernah membuat roni lari tunggang langggang. Seketika roni berbalik dan melihat monster sampah di depannya. Roni ketakutan. “Haaaaaa jangaaaaaannn” . brukkk’ .. roni terjatuh dari tempat tidur. “Aduhh sakit”. Roni mengaduh kesakitan. Roni segera berlari menuju jendela kamarnya. Hari sudah pagi, roni melihat sekeliling rumahnya, masih sama seperti kemarin. Roni lalu berlari keluar kamar. Ia melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan. “roni, sudah bangun, mandi sana kamu kan sekolah.” kata ibu menghentikan langkah roni. “Iya bu” kata roni kembali menuju kamarnya. Di kamar roni duduk di tepi tempat tidurnya. “Semalam hanya mimpi, huhhh menyeramkan sekali. Syukurlah itu hanya mimpi. Roni pun bangkit dan mandi. Roni berangkat sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya. “Doni..” teriak roni saat melihat doni di depannya. “hei ron, ada apa?” doni menghentikan langkahnya menunggu roni. “don, semalam aku bermimpi aneh” roni menceritakan mimpinya semalam kepada doni. “ohh jadi begitu. Kamu harusnya belajar dari mimpimu ron, bukankah aku selalu memperingatkanmu.” kata doni saat roni selesai bercerita. “iya don, sekarang aku sadar membuang sampah sembarangan itu tidak baik. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” roni menyesal karena selama ini tidak pernah mendengar nasehat doni dan ia berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Cerpen Karangan Fitri Blog / Facebook Fitri Cerpen Karena Sampah merupakan cerita pendek karangan Fitri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Dejavu Oleh M Sony Dwi Putra Sungguh. Mungkin aku adalah satu-satunya anak di negara bagian ini yang membenci hujan. Aroma rumput yang diterpa hujan seolah menjadi latar belakang kenanganku yang kini tervisualisasi dalam butir hujan. Kado Untuk Mama Oleh Putri Helma Dwiarti Ah gimana nih?’ Batin Putri, Putri sedang memikirkan kado apa yang pas untuk mamanya karena sebentar lagi adalah hari ibu, ia ingin memberi kado yang biasa saja tapi berkesan Lucunya Nasib Ini Part 2 Oleh Faisal Dwi Nugraha Menyadari hal itu, dengan sigap Ibu menaiki sebuah pagar di samping mushola pasar. Pagar itu tidak terlalu tinggi bagi Ibu. Sehingga, dengan mudah Ibu bisa melompatinya. Bersamaan dengan melompatnya Live As A Robot Oleh Hasna Asjad Allamah Gelap. “Di mana aku?” aku terus bertanya-tanya. Aku tidak dapat merasakan apa-apa. Tidak ada secercah cahaya sedikit pun di sini. Sangat gelap. Tuhan apakah aku telah mati? Tuhan, bahkan Lomba Menggambar Oleh Tsaniya Hai perkenalkan namaku vannesa salsabilla aku mempunyai kakak yang bernama silvia alexandra. Oke, langsung ke cerita. Pagi ini aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku segera turun untuk sarapan. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Kebiasaanini telah dilakukan bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan waktu banyak untuk melemparkan sekantong sampah ke sungai. Kekurangan yang lain karena tidak tersedianya tong sampah yang cukup oleh pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan. Bukan rahasia umum lagi kalau ada tanah kosong yang tidak ditempati, dipenuhi oleh sampah-sampah. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Sepertinya kampung kita akan mengalami banjir lagi, bila hujan tidak reda juga," demikian kata salah satu pembeli di warung kopi bu Sum."Selama cara hidup kita tidak berubah, tidak menyayangi dan peduli lingkungan, maka ya harus terima hadiah banjir tiap tahunnya," gumam bu Sumirah sambil mengaduk kopi pahit pesanan salah satu lelaki penjual mainan. Bagi bu Sumirah, berita banjir merupakan hal yang biasa, karena tiap tahun selalu dialaminya bersama warga kampung Ledokan. Dinamakan Ledokan, memang desa ini letaknya di dataran rendah. Ledok dalam bahasa Jawa legok, ombo. Kampung ledokan ini berada di pinggir sungai. Jadi wajar saja bila tiap hujan deras airnya meluap sampai ke perkampungan. Tidak ada pilihan lain bagi bu Sumirah dan warga lain. Mau pindah tempat, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan lahan itu merupakan warisan turun temurun dari orangtua bu Sum sangat bangga dengan kampung Ledokan ini. Meski hujan tidak pernah merasa khawatir akan terjadi banjir atau longsor. Bahkan bu Sum biasa bermain hujan di hutan seberang sungai belakang itu masih banyak tumbuhan jati yang berjejer rapi di atas sepanjang sungai. Bu Sum dan teman-temanya berenang dengan riang di tengah hujan. Meski hujan deras, tidak pernah khawatir akan terjadi longsor. Karena pohon-pohon besar di sekitar sungai membantu menyerap air hujan dan menahan tanah dari warga Kampung Ledokan senantiasa menunggu datangnya hujan sebagai suatu yang sangat disyukuri, karena bisa melihat keindahan luapan arus air sungai. Bila hari-hari biasa, sungai sangat dangkal, bahkan kadang malah tidak ada airnya, warga biasa menanaminya dengan singkong. Datangnya hujan dianggap sebagai anugerah wisata gratis, tanpa harus ke hujan deras berhari-hari, air sungai meluap. Namun tidak pernah sampai ke atas, hanya sebatas bibir sungai. Warga biasanya berbondong-bondong menyaksikan arus keindahan yang tersembunyi di dalam arus sungai tersebut. Keadaan itu hanya berlangsung dua sampai tiga hari. Setelah itu, bila huja reda, maka air sungai akan surut lagi. 1 2 3 Lihat Cerpen Selengkapnya awXcM4.
  • 67iskvegm1.pages.dev/501
  • 67iskvegm1.pages.dev/489
  • 67iskvegm1.pages.dev/322
  • 67iskvegm1.pages.dev/107
  • 67iskvegm1.pages.dev/528
  • 67iskvegm1.pages.dev/46
  • 67iskvegm1.pages.dev/252
  • 67iskvegm1.pages.dev/461
  • cerpen tentang banjir karena sampah